Home » » Hamba Tuhan Bukan Superman

Hamba Tuhan Bukan Superman

Written By Parel T. J. on 21 June 2009 | 19:29

Resiko memasuki dunia pelayanan rupanya mengharuskan seorang hamba Tuhan menanggalkan hak dan memangkas sebagian keinginan manusiawinya demi pelayanan. Tuntutan jemaat yang begitu besar terhadap hamba Tuhan benar-benar menguras seluruh totalitas hidupnya hingga tak tersisa. Standar yang ditetapkan tak tanggung-tanggung, harus sempurna 100%, tanpa cacat cela. Ini memaksa hamba Tuhan harus bekerja maksimal sekalipun keluarga dan masa depannya dianggap urusan Tuhan. Tetapi pada kenyataannya banyak anak hamba Tuhan yang kurang mendapat perhatian dan menjadi troble maker, bahkan menghancurkan pelayanan. Tak jarang pula ada hamba-hamba Tuhan di beberapa sinode gereja menderita karena kurang mempersiapkan masa depan sehingga tidak memiliki tempat bernaung di hari tua.
Panggilan menjadi hamba Tuhan memang tak sama dengan bekerja sebagai direktur dalam sebuah perusahaan sekular. Selain gajinya tinggi, bila bosan dengan pekerjaan tersebut, dapat mencari kerjaan lain yang lebih menyenangkan. Tetapi panggilan sebagai hamba Tuhan tidak demikian, ia harus setia pada pelayanannya. Walau dalam misinya, sering terjadi masalah, kesulitan, cobaan yang kadang membuatnya tergelincir, ia harus tetap setia. Bahkan bila saya membela hamba Tuhan dengan berkata, ”hamba Tuhan juga manusia” maka akan banyak orang yang tidak setuju dan berkata bahwa walaupun mereka adalah manusia biasa, karena panggilannya menjadi pendeta, maka mereka harus mempunyai kualitas hidup yang melebihi jemaat biasa. Namun ketika hamba Tuhan harus dituntut sempurna seperti Yesus, kerap kali muncul perbedaan yang nyata bahwa hamba Tuhan dan Yesus memang berbeda. Menjadi sulit untuk dimengerti bahwa hamba Tuhan bukanlah Yesus, yang adalah Tuhan. Hamba Tuhan adalah manusia yang dilahirkan dengna tabiat dosa, yang masih hidup dalam dunia yang penuh dengan hawa nafsu. Tetapi Yesus dilahirkan dari Roh Kudus. Inilah yang terkadang digunakan sebagai dasar untuk mengakui dan memaklumi bahwa hamba Tuhan adalah manusia biasa. Bahkan Yesus yang lahir dari Roh Kudus pun dianggap bersalah oleh beberapa pemuka agama Yahudi karena pemberitaan dan pengajaran-Nya berlawanan dengan anggapan mereka. Tetapi Yesus tetap melaksanakan misi-Nya sesuai dengan tujuan dan maksud Allah. Jadi siapakah hamba Tuhan bila dibandingkan dengan Yesus? Mereka tentu sering mendapat pujian atas kerja kerasnya, tetapi bila dianggap tidak mampu memberi pelayanan yang maksimal dan kepuasan rohani bagi jemaat yang dilayaninya, mereka akan menuai caci maki dan dianggap tak berguna. Terkadang dibilang mata duitan, diktator, kurang produktif, pemalas, gila jabatan, dan berbagai kata yang kurang enak didengar. Tetapi biasanya beberapa hamba Tuhan bisa menerima lebel semacam ini dengan senang hati dan ucapan syukur karena ia ingin membuktikan komitmen dan kesetiaannya dalam melayani. Malahan tudingan seperti itu justru memaksa dia untuk semakin berkorban demi kesejahteraan jemaatnya. Sampai-sampai ia tidak memiliki waktu khusus buat keluarga karena semuanya tersita bagi pelayanan.
Saya masih ingat kisah seorang hamba Tuhan yang melayani di sebuah gereja, ia dituntut datang ke gereja tepat waktu, sedangkan ia tidak diberi diberi kendaraan dan rumah tinggal yang dikontrakkan kepadanya berjarak sangat jauh dari gereja. Namun ia dituntut untuk menyanggupi jadual pelayanan. Memang satu hingga dua bulan pelayanan itu berjalan lancar, tetapi setelah isterinya melahirkan ia sering terlambat ke gereja. Semua orang mempersalahkannya dan mengatakan bahwa ia tidak terampil dalam mengatur waktu. Karena tuntutan itu, ia berusaha untuk meninggalkan anak dan isterinya di rumah dengan maksud mengutamakan pelayanan. Hingga suatu hari anaknya terserang penyakit diare dan kelihatannya ia cukup kritis karena kekurangan cairan. Sementara hamba Tuhan ini harus pergi melayani. Ia terpaksa membiarkan isterinya berjuang sendiri dan hanya berdoa bagi anaknya. Semua ini ia lakukan karena tuntutan pelayanan. Akhirnya anak sulung yang ia kasihi tak dapat tertolong lagi dan meninggal dunia. Sebagai seorang hamba Tuhan yang memiliki perasaan manusiawi, ia cukup sedih dan merasa terpukul. Karena pengorbanannya bagi pelayanan, ia harus kehilangan anak yang akan memelihara dan menjadi kebanggaannya di masa depan. Sebagian besar orang bangga karena pengorbanannya. Ia dianggap pahlawan dalam melayani. Tetapi sesungguhnya ia melayani dengan jiwa yang hancur dan perasaan hati yang berantakan. Hanya karena ia menyadari bahwa ia tidak boleh sedih di depan jemaatnya, maka dari itu ia mamaksa diri untuk mencipta sebuah situasi bahwa seolah-olah ia sedang berada dalam sukacita yang melimpah.
Kasus seperti di atas banyak terjadi dalam kalangan gereja-gereja. Bahkan kasus yang berbeda dari kisah ini pun sering berdengung di mana-mana. Untuk menjauhkan hamba Tuhan dari kisah yang terjadi di atas, sudah sepantasnya kita memperhatikan dan menolong hamba Tuhan dengan fasilitas yang memungkinkan. Terkadang tuntutan yang diberikan kepada hamba Tuhan tidak sebanding dengan kemampuan yang ia miliki akibat keterbatasan fasilitas dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk melayani. Terlalu sering anggota jemaat meminta hamba Tuhan untuk menghibur dan mendoakan tanpa memperhatikan waktu dan kepentingan seorang hamba Tuhan. Ingatlah bahwa mereka bukan karyawan dan pembantu jemaat, tetapi mereka pembantunya Tuhan. Tetapi sering saya melihat jemaat dan majelis memperlakukan hamba Tuhan seperti seorang yang tidak memiliki hak apa-apa.
Walaupun hamba-hamba Tuhan memiliki berbagai keterbatasan, hamba Tuhan adalah orang yang dipilih oleh Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan dan misi-Nya. Bila jemaat dan majelis menyadari dan mengetahui kekurangan hamba Tuhan ini, seharusnya dibantu dan dilengkapi demi membangun kesatuan tubuh Kristus, bukan diberi lebel dan tudingan yang sifatnya menjatuh harga diri hamba Tuhan.
Pendeta dan hamba Tuhan bukan Superman, Hercules, Robot, dan sejenisnya. Mereka adalah manusia lemah yang dituntut menjadi manusia sempurna. Sesungguhnya mereka membutuhkan dukungan dan doa dari jemaat. Pernahkan anda memikirkan hal itu? Kita selalu menuntut hamba Tuhan agar ia setia mendoakan kita, tapi pernahkan Anda berdoa untuk hamba Tuhan yang melayani Anda sebagaimana yang oleh jemaat mula-mula kepada Rasul Petrus ketika ia ditahan dalam penjara (Kis 12:5). Kiranya kita dapat memberikan yang terbaik bagi hamba Tuhan agar ia dapat melayani dengan sukacita dan tidak merasa kuatir dengan masa depannya. Ingatlah pesan Yesus, ”Barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.” (Matius 10:42) (Parel)
Share this article :
 
Support : Creating Website | Parel's Blog | Parel T. J.
Copyright © 2011. Parel's Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Parel T. J.