Oleh
Parel T. J.
Argumen & Tindak Kriminal
Kisah tentang Yesus Kristus dalam akumulasi historis dunia rupannya tidak hanya membawa transformasi bagi mereka yang menyakininya, tetapi justru menimbulkan ketegangan dan dekonstruksi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan.
Puluhan ribu argumen ilmiah yang lahir melalui penalaran rasio dan ekperimen berusaha menyerang iman Kristen serta membuka mata dunia untuk melihat siapakah sebenarnya Yesus? Bahkan media sebagai produk budaya yang paling berpengaruh turut serta mengeksploitasi berbagai argumen yang berusaha meruntuhkan kebenaran yang diajarkan oleh Yesus, sehingga memberi konstruksi baru yang mengandung polemik yang terus menggempur iman Kristen. Namun dibalik semua itu orang akan memberi alasan bahwa ini merupakan usaha filosofis untuk menggapai kebenaran sejati sehingga siapa pun berhak mempertanyakan keyakinannya. Bukankah itu yang dilakukan para filsuf Yunani guna mencari kebenaran sejati selama ratusan tahun sehingga kehidupan ini bisa mencapai kebijaksaan. Akhirnya segala sesuatu yang ditemukan dalam diri manusia dan ciptaan lainnya selalu dimasukkan dalam wilayah filsafat. Tetapi dapat manusia mencapai kebijaksanaan itu dengan sarana yang ada padanya? Dapatkan filsafat menjangkau seluruh eksistensi manusia dan segala sesuatu di luar dirinya? Pikiran yang menjadi sarana utama dari usaha filosofis ini pasti memiliki batas karena ia dicipta dalam keterbatasan. Bila demikian mengapa pikiran yang terbatas ini justru melahirkan argumen yang menentang Penciptanya. Bahkan ketika upaya itu tidak tercapai, orang dengan gigih melakukan kekerasan dan intimidasi untuk mencabut akar kekristenan yang telah bercokol sekian lama. Sama seperti yang dilakukan terhadap John Wycliffe. Sejumlah pemuka gereja berusaha menggali kubur dan membakar tulang-tulangnya untuk menghapus nama serta ajaran sang Reformator dari sejarah gereja karena ia menentang doktrin penguasa gereja masa itu yang terbilang sangat kontroversi dengan kebenaran Alkitab. Tetapi pengaruh kebenaran yang sangat gigih dipertahankannya, justru memberi pengcerahan baru di tengah kemelut penyesatan yang sedang melanda gereja di abad Reformasi sesudah zaman Martin Luther ini. Meskipun serangan bertubi-tubi mengguyur dunia kekristenan dengan benturan yang sangat kuat sesudah masa Wicliffe, kekristenan tetap berhasil membuktikan diri sebagai organisasi yang kuat. Akankah kekristenan bertahan dalam tekanan seperti ini?
Pembuktian Sejarah
Sejak permulaan abad pertama kehendak untuk membendung kekristenan telah dilakukan oleh kekaisaran Romawi. Bahkan ribuan martir Kristen dibunuh oleh kaisar-kaisar Romawi. Tetapi tidak satupun penganiayaan besar itu mampu menumpas orang Kristen dan kekristenan di dunia ini. Hal inilah yang mengakibatkan retrospeksi diri bagi penguasa kerajaan Romawi sehingga Kaisar Konstantin telah menjadi Kristen pada abad ke-4. Sejarah juga telah membuktikan bahwa sejak Kristus berada di dalam dunia ini sampai sekarang tidak kurang dari berjuta-juta orang rela mati bagi Dia karena kasih kepada-Nya. Banyak orang yang semula membenci Dia berbalik menjadi orang yang sangat mencintai Dia. Sehingga dinasti-dinasti dan pemerintah-pemerintah Anti Kristus menjadi kewalahan dalam usaha menumpas kekristenan, bahkan sebagai akibatnya justru kekuasaan mereka sendiri yang tertumpas.
Sejarah juga mencatat bahwa sejak tahun 622 M gereja mulai dilenyapkan di Afrika Utara, Palestina, dan Asia Kecil (Turki) sehingga pusat gereja pindah ke Eropa Barat. Dalam perjalanannya di Eropa Barat, gerakan misi kurang dipedulikan karena gereja Khatolik-Roma membutuhkan suatu pembaharuan radikal terhadap doktrin yang pada saat itu mengalami konflik teologis dengan beberapa golongan sehingga fokus pelayanan misi kurang diperhatikan. Setelah memasuki abad reformasi pada tahun 1517, Marthin Luther dan para tokoh reformator lainnya mulai mengobarkan semangat misi. Namun tidak ada satu pun gerakan misi yang dilakukan untuk menjangkau Afrika dan Asia. Tetapi Tuhan menggunakan Kaum Pietisme untuk mengabarkan Injil sekaligus menjadi pelopor dan perintis modernisme pada akhir abad ke XVIII. Gerakan Pietisme ini cukup majemuk dan berkesinambungan baik di dalam maupun di luar gereja-gereja Eropa serta belahan dunia lainnya. Gerakan ini sesungguhnya merupakan gerakan penyegaran rohani di dalam gereja-gereja Lutheran yang berfokus pada pemberitaan Injil. Semangat pekabaran Injil yang dilakukan oleh golongan ini rupannya memotivasi William Carey untuk menciptakan sebuah Gerakan Misi Modern yang berpusat di Inggris. Sehingga dalam waktu relatif singkat puluhan badan misi didirikan di Eropa Barat dan Amerika Utara. Melalui badan misi ini, Injil mulai mengelilingi dunia hingga kembali ke wilayah Afrika dan Asia sejak abad XX. Pada masa itu lawatan Tuhan mulai dinyatakan kepada Afrika dan Asia yang nampak dalam kebangunan rohani di pelbagai negara bagian Asia dan Afrika, seperti tranformasi yang terjadi di Uganda. Bahkan Badan Misi Dunia yang mendirikan Gerakan Misi Modern memberi data bahwa misionaris yang berasal dari negara-negara dunia ketiga ini yang dulunya menolak kekristenan justru tercatat sebagai daerah yang paling banyak memproduksi jiwa baru bagi Kristus. Dari tahun 1970 sampai 1982 tercatat 15.249 misionaris yang berasal dari Afrika dan Asia. Perkembangan kekristenan di negara Afrika dan Asia yang semula menolak Injil Yesus Kristus menunjukkan suatu kekuatan besar yang tidak dapat dihentikan oleh apapun.
Meskipun telah diketahui demikian, upaya untuk menghentikannya masih terus dilakukan, misalnya dalam beberapa model edukasi filosofis, muncul berbagai aliran yang berupaya membandingkan kebenaran dengan presuposisi Kristen yang secara kritis diungkapkan untuk mempengaruhi bahkan mengalihkan keyakinan. Christian Science, Spiritualisme, Saksi Yehova, Theosofi, Mormonisme, Unity, dan Theologia Modern merupakan segelintir aliran yang berusaha menciptakan kebenaran baru di luar koridor dasar iman Kristen. Dengan upaya ini apakah kekristenan berhenti merambat dalam himpitan kriminal dan argumen yang menghalanginya?
Kekristenan Tetap Bertahan
Dalam perkembangan kekristenan hingga abad ini tidak sedikit rintangan yang menciptakan masa tribulasi bagi orang Kristen. Namun aliran yang dianggap sebagai ancaman besar sejak abad pertama ini masih tetap berkibar dalam kancah politik agama dan mampu memberi desiran apologetika mengenai keyakinan yang dipercayainya.
Secara analisa ratio, orang bisa saja berpikir bahwa kuatnya kekristenan mungkin disebabkan oleh ”kekuatan batin” yang mempengaruhi kehidupan seseorang dan dilegetimasi oleh pengalaman supranatural sehingga semakin memperkokoh akar keyakinan akan pribadi yang diyakini sebagai penolong dalam hidupnya. Siapa saja berhak berpikir dan mengeluarkan pendapat demikian, namun motif yang mendistorsi dengan tujuan pembodohan dan penyesatan perlu dipikirkan kembali. Kita tahu bahwa ilmu filsafat memiliki dalil yang selalu berakhir pada penemuan kebenaran untuk mencapai kebijaksanaan. Oleh karena itu, bila sebuah ilmu digunakan untuk membodohi atau merugikan orang lain maka kebijaksaan tidak akan pernah ditemukan karena rumusan yang benar telah diputar ke arah penyesatan menuruti motif yang jahat itu. Tetapi kebenaran dan kebijaksanaan yang sesungguhnya akan tetap bertahan, tidak ada seorangpun yang dapat menghapusnya karena ia dilindungi oleh kekuatan yang tak terkalahkan. Ia tidak akan pernah hilang karena ia memiliki dalil yang baku menurut hukum dan ketetapan Sang Khalik. Itulah sebabnya, bila orang mencoba melawan hukum itu ia pasti berhadapan dengan kekuatan yang menyebabkan asal mula segala sesuatu. Sehingga tidak ada cara lain untuk mempertahankan hidup ini, selain hidup dalam hukum itu. Namun apakah semua orang bisa menemukan ketetapan itu?
Bertahun-tahun para filsuf menganalisa tentang asal mula segala sesuatu dan merumusnya dalam sebuah argumen, mereka tiba pada sebuah kesimpulan bahwa di balik alam semesta ini ada sebuah hikmat ilahi yang merancang sistem kosmis dan Ia bukan disebabkan tetapi menyebabkan segala sesuatu menjadi ada. Pribadi itulah yang memelihara hukum yang telah diciptan-Nya dalam kesempurnaan hikmat-Nya. Apa yang telah dinyatakan-Nya dalam dunia ini akan dipelihara dengan tangan-Nya yang kuat. Sehingga segala tindak kriminal dan argumen yang bukan berpihak pada-Nya tidak akan mampu berhadapan dengan-Nya. Salah seorang filsuf, Remmer Jannsen mengakui bahwa dalam sejarah Ia telah memperlihatkan jari-Nya; bahkan hingga kini perbuatan tanggan-Nya semakin nyata dalam hidup manusia. Apapun kendali yang diperdaya oleh manusia di luar kemauan-Nya tidak akan pernah berhasil karena Ia Sang Pembela yang memelihara kebenaran dimana segala makhluk bumi berpaut kepadanya. Bayangkan saja, hati manusia yang melawan kehendak-Nya dapat diubah menjadi hati yang setia bahkan rela berkorban atas nama-Nya (Lihat kisah pertobatan Paulus yang dulu membenci kekristenan dalam Kisah Para Rasul 9).
Bila demikian dapatkan manusia menciptakan dalil sendiri dan memaksa sesamanya untuk keluar dari ketetapan Ilahi itu? Tidak seorangpun yang mampu bertahan melawan jari-jari itu. Sekalipun manusia berusah mencela kebenaran-Nya, Dia Yesus akan tetap mulia sampai selama-lamanya.
Sumber:
Dr. Diertrich Kuhl, Sejarah Gereja Mula-Mula. Yayasan PPII: Batu, Jawa Timur, 1998.
Prakata Pdt. Dr. Stephen Tong, Kristen Sejati. LRII: Surabaya, 2001.
C. Marvin Pate & Sheryl L. Pate, Disalibkan Oleh Media. Yogyakarta: Andi Offset, 2007
Home »
» MENGAPA KEKRISTENAN TETAP ADA HINGGA SAAT INI?
+ comments + 2 comments
parel kau termasuk dalam gol cendikiawan. bukn sekedar pengetahuan tapi penuh inspirasi chayouuu
Thanks, kiranya seluruh yang kita miliki dapat memberkati banyak orang